Kap Sul Lllll

download Kap Sul Lllll

of 57

Transcript of Kap Sul Lllll

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    1/57

    LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMASI

    FORMULASI DAN EVALUASI KAPSUL CABE JAWA

    (Piper retrof ractum Vahl)

    Disusun oleh :

    1. Putu Argianti M 122210101003

    2. Trias Alfiliatiningsih 122210101005

    3. Khurmatul Walidah T.A 122210101009

    4. Wahyu Wahidatur 122210101011

    5. Kinanthi Putri Rizki 122210101015

    6. Arjun Nurfawaidi 122210101017

    7. Mahmudatus Sholihah 122210101019

    8.

    Gati Dwi Sulistyaningrum 122210101021

    9. Nur Fauziah Matra 122210101023

    10. Amelya Prastica 122210101031

    11. Herlita P. Silalahi 122210101037

    12. Hawwin Elina A. 122210101039

    13. Tri Rizqi M. 122210101041

    14. Ica Evita Maulidah 112210101043

    15. Maulina Hari P 112210101046

    LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI

    FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER

    2015

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    2/57

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1Tujuan Praktikum

    Mahasiswa dapat membuat sediaan kapsul bahan alam yang terstandar.

    1.2Latar Belakang

    Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) merupakan salah satu jenis tanaman

    budidaya yang memiliki banyak manfaat dan sering digunakan oleh

    masyarakat sebagai obat tradisional. Tanaman ini memiliki manfaat sebagai

    analgesik, diaforetik, karminatif, stimulan, antiinflamasi, antipiretik , anti-

    oksidan dan afrodisiak (Anwar 2001).Tanaman cabe jawa juga diketahui

    memiliki efek stimulan terhadap sel-sel syaraf sehingga mampu meningkatkan

    stamina tubuh.

    Di Indonesia biasanya cabe jawa digunakan sebagai bumbu pada beberapa

    masakah seperti gulai, kare, soto, sate padang, sambal, oseng tempe serta

    minuman seperti wedang secang, bir pletok, bandrek, bajigur, wedang jahe,

    dan kopi jamu.

    Cabe jawa merupakan tanaman tahunan yang banyak tumbuh di dataran

    rendah sampai pada ketinggian 600 m dpl. Daerah sentra produksi cabe jawa

    diantaranya adalah Madura, Kabupaten Lamongan, dan Lampung (Rostiana et

    al. 1994; Yuliani et al. 2001).

    Bagian tanaman yang sering digunakan adalah buah yang sudah tua, akar,

    dan daun yang dikeringkan. Buah cabe jawa mengandung zat-zat aktif seperti

    minyak atsiri, piperina, piperidina, asam palmitat, asam tetrahidropiperat,

    undecylenyl 3-4 methylenedioxy benzene, N-isobutyl decatrans-2 trans-4dienamida, sesamin,eikosadienamida, eikpsatrienamida, guinensina,

    oktadekadienamida, protein, karbohidrat, gliserida, tannin, dan kariofelina

    (Aliadi et al. 1996; Hargono 1992; Depkes 2008).

    Cabe jawa dapat digunakan sebagai afrodisiaka. Afrodisiaka berasal dari

    naa Aphrodite, dewi kecantikan, cinta, dan seks dalam mitos Yunani. Secara

    umum pengertian afrodisiak adala semua bahan (obat dan makanan) yang

    mampu membangkitkan gairah seksual (Pallavi et al., 2011). Sedangkan

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    3/57

    berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) afrodisiak merupakan zat

    kimia yg digunakan untuk merangsang daya seksual atau obat perangsang

    kegiatan seksual. Cabe jawa digunakan sebagai afrodisiaka karena mempunyai

    efek androgenik, untuk anabolik, dan sebagai antivirus. Kandungan kimia atau

    senyawa kimia yang berperan sebagai afrodisiaka adalah turunan steroid,

    saponin, alkaloid, tannin dan senyawa lain yang dapat melancarkan peredaran

    darah. Bagian yang dimanfaatkan sebagai afrodisiaka adalah buahnya dan

    diduga senyawa aktif yang berkhasiat afrodisiaka di dalam buahnya adalah

    senyawa piperine.

    Obat tradisional yang bersifat afrodisiak banyak digunakan sebagai

    alternatif pengobatan di Indonesia, contohnya tanaman obat pasak bumi

    (Aglaia odoratissima Bl.),akar ginseng (Panax ginsengC. Meyer), buah cabe

    jawa (Piper retrofractumVahl), daun tapak liman (Elephantopus scaber L.),

    rimpang jahe (Zingiber officinaleRosc.), kencur ( Kaempferia galanga L.),

    lempuyang (Zingiber aromaticumVal.) dan lain-lain (Didik Gunawan, 2006).

    Terlebih penderita masalah hiogonad biasanya malu untuk datang ke dokter

    sehingga lebih memilih menggunakan obat tradisional. Herbal juga memiliki

    daya tarik tersendiri, karena sifatnya yang alamiah, lebih aman, lebih mudah

    ditoleransi tubuh, lebih mudah didapat dan juga relatif lebih murah (Juckett,

    2004).

    Ekstrak cabe jawa ini tampaknya mempunyai prospek positif untuk dapat

    dikembangkan menjadi fitofarmaka androgenik melalui berbagai aspek

    penelitian secara klinik (Nukman Moeloek dkk, 2010). Istilah androgen

    digunakan secara kolektif untuk senyawa-senyawa yang kerja bilogiknya sama

    dengan testosteron. Fungsi utama kelompok hormon ini adalah merangsangperkembangan dan aktivitas organ-organ reproduksi dan sifat-sifat seks

    sekender, sedang keja kombinasinya disebut kerja androgenik. Androgen

    utama pada seorang laki-laki adalah testosteron yang dihasilkan oleh sel

    leydig atau interstitiel di dalam testis.

    Sediaan yang dibuat adalah kapsul piperin. Adapun alasan dipilihnya

    sediaan kapsul antara lain dapat menutupi rasa pahit dan tidak enak dari bahan

    obat (ekstrak). Sebagian besar ekstrak tumbuhan memiliki rasa yang pahit atau

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    4/57

    getir sehingga dengan pemilihan sediaan kapsul dapat menutupi rasa yang

    tidak enak dan dapat meningkatkan keberterimaan (akseptabilitas) pasien

    terhadap sediaan yang telah diformulasi.

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    5/57

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Klasifikasi tanaman cabe jawaCabe jawa (Piper retrofractumVahl) termasuk famili Piperaceae, yang

    tumbuh memanjat danmerupakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak

    digunakan di Indonesia. Di Indonesia cabe jawa banyak ditemukan terutama di

    Jawa, Sumatera, Bali, Nusatenggara dan Kalimantan. Daerah sentra produksi

    utamanya adalah di Madura (Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep),

    Lamongan dan Lampung. Sampai saat ini belum diketahui apakah karakteristik

    tanaman cabe jawa yang dibudidayakan tersebut sama atau tidak (Wawan,

    2009).Taksonomi cabe jawa :

    Kingdom : Plantae

    Subkingdom : Tracheobionta

    Super Divisi : Spermatophyta

    Divisi : Magnoiophyta

    Kelas : Magnoliopsida

    Sub Kelas : Magnolidae

    Ordo : Peperales

    Famili : Piperaceae

    Genus : Piper

    Species :Piper retrofractumVahl

    Nama umum : Cabe jawa

    Nama derah : Lada panjang (melayu), cabe jawa (melayu, jawa), cabi solah

    (madura)

    2.2 Deskripsi Tanaman

    Tanaman ini dapat tumbuh pada dataran rendah hingga ke bukit dataran

    tinggi, tanaman cabe jamu dapat tumbuh pada ketinggian 1-600 mdi atas

    permukaan laut,dengan suhu udara 20-30oC, curah hujan 1.200-3.000 mm /tahun

    serta kelembaban udara 40 8 0%, tanah liat berpasir,gembur,berdraenasi baik

    dan memiliki pH tanah 5,5-7,0. ( Amin,2008)

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    6/57

    Akar Tanaman

    Tanaman cabe jamu memiliki dua macam akar, pertama: akar yang

    tumbuh dari biji (akar tanah),akar ini yang selanjutnya menjadi akar yang

    menunjang pertumbuhan tanaman (berfungsi menyerap air dan hara). Akar ini

    menyebar kedalam tanah, membentuk percabangan baik akar cabang vertical dan

    horizontal. Akar jenis ini serupa dengan akar yang berasal dari pertumbuhan setek

    batang. Kedua, akar rekat yang tumbuh hanya dari buku-buku batang/sulur utama,

    akar ini berfungsi untuk merekat kepermukaan tegakan atau di atas bebatuan.

    Akar rekat dapat membentuk percabangan terbatas (serupa dengan sirip ikan,

    dengan bentuk selendris memanjang berdiameter sekitar 0,7-1,0 mm, panjang 1-

    2,5 cm, dan akar berjumlah sekitar 4-9 buah. Akar yang baru muncul dari buku

    batang berwarna putih kemudian berubah coklat muda Akar tersebut akar

    mengering jika tidak mendapat rekatan pada permukaan tegakan/tanah/bebatuan(

    Amin,2008).

    Batang Tanaman

    Batang tanaman cabe jamu membentuk sulur berupa tabung dengan

    berbuku-buku (beruasruas) jarak antar buku 3-9 cm., pada buku-buku muncul

    akar-akar rekat dan cabang-cabang. Batang akan memanjat pada tegakan dan atau

    merambat pada permukaan tanah/bebatuan.Batang dapat memanjat hingga 3-9 m.

    Batang dapat berdiameter 0,1-0,5 cm, batang yang berasal dari biji pada awalnya

    cenderung lebih kecil, demikian pula dengan batang yang muncul dari buku-buku

    dasar (pada atau dekat permukaan tanah). Akar tersebut disebut dengan istilah

    sulur cacing. Permukaan batang pada awalnya halus kemudian kasar bila batang

    telah tumbuh dewasa/tua. Cabang-cabang tumbuh pada bagian ketiak daun batang

    utama, cabang-cabang tersebut tidak memunculkan akarpada bukubukunya.Cabang-cabang ini diistilahkan dengan cabang produktif, karena dari buku-buku

    cabang tersebut muncul bunga dan disisi lain daun. Jaditata letak buah dan daun

    berhadapan atau bersebrangan. Pola jalur batang dan percabangan dalam

    pertumbuhannya membentuk siksak/batang dan cabang tidak lurus namun antara

    dua ruas cenderung membentuk sudut tumpul sekitar 165 derajat( Amin,2008).

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    7/57

    Daun

    Daun cabe jamu termasuk daun tidaksempurna, daun hanya memiliki helai

    dantangkai daun. Bentuk helai daun daun ada dua macam, pertama berbentuk

    serupa bentuk hati dan kedua berbentuk lebih lonjong. Bentuk daun lebih lonjong

    hanya dijumpai di lokasi Bangkalan. Tangkai daun melekat pada buku batang.

    Permukaan helai daun halus dan berwarna hijau gelap. Pinggiran/tepi daun lurus

    melengkung atau tidak bergerigi (rata), dengan ujung daun runcing.

    Duduk/pangkal daun terdapat dua macam, pada daun-daun sulur cacing dan sulur

    utama pada awal tumbuh dudukan daun menekuk kedalam dengan posisi semetris.

    Berbeda dengan dudukan daun pada cabang produktif yang cenderung tidak

    semetris atau satu sisi lebih menonjol keluar. Tulang daun ada yang semetris

    (istilah madura temo orat) dan tidak semestris. (Amin,2008)

    Bunga.

    Bunga cabe jamu tergolong bunga majemuk yang berbentuk bulir . Bakal

    bulir muncul seiring dengan awal pemunculan daun muda pada cabang produktif.

    Bakal bunga ini awalnya berwarna hijau gelap dan selanjutnya berubah warna

    sesuai perkembangan bunga, munculnya/mekarnya kelopak bunga berkisar 10-20

    hari. Bulir berbentuk tabung tegak ke atas di atas buku batang berhadapan dengan

    dengan daun pada cabang produktif. (Amin,2008)

    Buah

    Perubahan warna mahkota mengindikasikan telah terjadinya penyerbukan,

    walaupun tidak diketahui apakah penyerbukan tersebut berakhir dengan terjadinya

    pembuahan. Bulir bunga setelah penyerbukan akan tumbuh dan berkembang

    seiring dengan waktu hingga mencapai ukuran maksimum (diameter 4,5-6,1mm

    bagian atas dan bagian bawah berkisar 9 mm-100mm, dengan panjang 3-5,2 cm).Sedang tangkai buah dapat mencapai ukuran 2 cm. Di dalam bulir buah terdapat

    sejumlah biji ( 10-101 biji).

    (Amin,2008)

    2.3 Kandungan Kimia Cabe Jawa

    Buah cabe jawa mengandung zat pedas piperine, chavicine, palmetic acids,

    tetrahydropiperic acids, 1-undecylenyl-3, 4-methylenedioxy benzene, piperidin,

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    8/57

    minyak atsiri , N-isobutyldeka-trans-2-trans-4- dienamide, dan sesamin. Piperine

    mempunyai daya antipiretik, analgesik, antiinflamasi, dan menekan susunan saraf

    pusat. Bagian akar mengadung piperine, piplartine, dan piperlonguminine.Bahan

    aktif minyak atsiri cabe jawa memiliki kandungan utamaterpenoid. Terpenoid

    sendiri terdiri dari n-oktanol, linanool, terpinil asetat,sitronelil asetat, piperin,

    alkaloid, saponin, polifenol, resin (kavisin) (Irdania, 2009)

    2.4 Bioaktivitas Cabe Jawa

    Senyawa sitral dan linanool dapat digunakan untuk mengobati penyakit

    yang disebabkan oleh bakteri Rhodopseudomonas sphaeroides,Escherichia coli,

    Proteus vulgaris,Micrococeus luteus, Bacillus subtilis,Enterobacter aerogenes dan

    Staphylococeusaureus. Pemberian minyak atsiri cabe jawa juga dapat

    meningkatkan limfosit pada darah hewan uji (Agus, 2011)

    Di Madura cabe jawa digunakan sebagai ramuan penghangat badan yang

    dapat dicampur dengankopi, teh, dan susu. Cabe jawa juga dapat digunakan

    sebagai obat luar, diantaranya untuk pengobatan penyakit beri-beri dan reumatik.

    Cabe jawa dapat dimanfaatkan untuk mengobati tekanan darah rendah, influenza,

    cholera, sakit kepala, lemah sahwat, bronchitis menahun dan sesak napas.

    Penggunaan buah cabe jawa dalam bentuk seduhan menurut Saroni et al. (1992)

    cukup aman karena termasuk jenis simplisia yang tidak berbahaya (relatively

    harmless)(Wawan, 2009)

    Cabe jawa merupakan salah satu tanaman yang diketahui memiliki efek

    stimulan terhadap sel saraf sehingga mampu meningkatkan stamina tubuh. Efek

    hormonal dari tanaman ini dikenal sebagai afrodisiaka. Berdasarkan penelitian

    secara ilmiah, cabe jawa digunakan sebagai afrodisiaka karena mempunyai efekandrogenik, untuk anabolik, dan sebagai antivirus. Dari suatu tinjauan pustaka

    dikatakan bahwa secara umum kandungan kimia atau senyawa kimia yang

    berperan sebagai afrodisiaka adalah turunan steroid, saponin, alkaloid, tannin dan

    senyawa lain yang dapat melancarkan peredaran darah. Bagian yang dimanfaatkan

    sebagai afrodisiaka adalah buahnya dan diduga senyawa aktif yang berkhasiat

    afrodisiaka di dalam buahnya adalah senyawa piperineBerbagai hasil penelitian

    sebelumnya menunjukan bahwa ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.),

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    9/57

    mempunyai efek androgenik dan meningkatkan kadar hormon testosteron tikus

    percobaan serta sudah diketahui karakterisasinya baik sebagai simplisia maupun

    ekstrak etanol 95% serta cukup aman ( Nukman, 2010).

    2.5. Metode Ekstraksi Buah Cabe Jawa

    Penapisan dilakukan dengan cara menghaluskan simplisia Retrofracti

    Fructus hingga terbentuk serbuk kasar. Penapisan terhadap serbuk kasar tersebut

    dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawanya. Proses ekstraksi suatu

    tanaman dipilih sesuai dengan kandungan apa yang ingin diambil dari tanaman

    tersebut. Serbuk kasar simplisia Retrofracti Fructus diekstraksi dengan etanol

    dengan metode maserasi pada suhu kamar (3 kali 24 jam). Metode maserasi

    digunakan dalam ekstraksi cabai jawa karena maserasi mudah dilakukan dan

    peralatan relatif mudah diusahakan. Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk

    simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan

    masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan

    karena perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dengan diluar

    sel, maka larutan yang terpekat dipaksa keluar. Peristiwa tersebut terjadi berulang

    hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan didalam dan diluar sel

    (Voight, 1995). Larutan penyari yang digunakan adalah etanol, karena etanol

    dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel sehingga zat-zat non polar dapat

    keluar (Voight, 1995).

    Serbuk kering Retrofracti Fructus diekstraksi dengan etanol 96% dengan

    maserasi 1 bagian simplisia dengan 5 bagian pelarut pada suhu kamar. Maserat

    yang didapat kemudian dipekatkan dengan rotavapor sehingga diperoleh ekstrak

    kental. Kemudian dilakukan pemeriksaan parameter ekstrak untuk mengetahuikualitas ekstrak dengan melihat sifat fisik dan kandungan kimianya. Pemeriksaan

    parameter tersebut terdiri dari organoleptis ekstrak, rendemen ekstrak, bobot jenis

    ekstrak, kadar air ekstrak, pola KLT dan dinamolisis.

    Setelah didapatkan ekstrak, dilakukan proses fraksinasi. Fraksinasi

    digunakan untuk mengelompokkan komponen campuran senyawa hasil ekstraksi

    atau maserasi agar lebih sederhana. Fraksi-fraksi yang didapat dianalisis dengan

    metode kromatografi lapis tipis, menggunakan penjerap silika gel GF 254 dan fase

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    10/57

    gerak campuran pelarut n-heksana : etil asetat (8:2), hasil dari KLT dilihat

    dibawah sinar UV 366 nm. Kemudian dilanjutkan dengan KLT dua dimensi pada

    fraksi vial ke-5. Kemudian diamati hasil KLT dengan pengembang pola

    kromatogram dibawah sinar UV 366 nm. Jika pada saat dilihat dibawah lampu

    UV 366 nm terdapat hanya satu spot saja maka KLT dilanjutkan kembali, pelat

    silika diputar 90o. Kemudian dicelupkan ke dalam chamber yang telah berisi

    pengembang campuran toluene : etil asetat (3:7) yang telah jenuh. Setelah naik

    sampai kebatas atas, pelat silika dikeluarkan dan kemudian dilihat lagi pada sinar

    UV 366 nm. Berdasarkan fraksi polar ini dapat dilakukan perbandingan seberapa

    besar cabai jawa memberikan efek terhadap indikasi tertentu.

    2.6. Metode Pengeringan Ekstrak

    Pengeringan adalah pemindahan sebagian air dari bahan dengan sengaja

    sampai batas tertentu. Pada pengeringan biasa dibantu dengan alat alat

    pengering. Dalam hal ini Nasution (1982) membedakan proses pengeringan

    menjadi tiga kategori, yaitu pengeringan udara dengan kontak langsung di bawah

    pengaruh tekanan atmosfir, pengeringan vakum, dan pengeringan beku.

    a.

    Pengeringan di bawah pengaruh tekanan atmosfir

    Dalam hal ini panas dipindahkan menembus bahan pangan, baik dari udara

    maupun dari permukaan yang dipanaskan. Uap air (atau pelarut lain) dipindahkan

    ke udara (Nasution, 1982). Udara panas disirkulasikan menggunakan kipas. Bahan

    yang dikeringkan bisa berbentuk padat atau semi padat (Geankoplis, 1983).

    b.

    Pengeringan vakum

    Pengeringan vakum menjadi semakin penting dalam industri makanan

    untuk mengurangi biaya dan energi serta mengembangkan bahan baru danproduk. Pusat pengolahan makanan telah memasang pengering vakum yang

    menyediakan pengeringan terus menerus, lembut, dan aman pada produk

    makanan di suhu rendah. Pengeringan Vacuum adalah metode dehidrasi yang

    sangat cocok untuk produk yang mengalami fase lengket dan atau sangat kental

    seperti buah dan sayuran, jus sari buah dan sayuran, protein hewan dan nabati,

    bubuk bumbu dan ekstrak ragi. Di pusat pengolahan makanan, berbagai pilihan

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    11/57

    dehidrasi tersedia untuk uji perbandingan proses yang berjalan, produk baru dan

    evaluasi bahan.

    Prinsip kerja dari pengering vakum (vacuum belt drying): Konsentrat yang

    bisa dipompa secara merata digunakan pada belt dengan alat pemercik berputar

    (satu untuk masing-masing sabuk) pada suhu dan konsentrasi konstan. Ruang

    hampa di mana pasta ini meninggalkan alat pemercik yang memiliki efek yang

    diinginkan dan menyebabkan Pasta untuk memiliki konstituensi berbusa seperti

    yang diendapkan sebagai lapisan yang relatif tinggi pada sabuk. Ini memberikan

    kondisi yang paling menguntungkan untuk panas dan transfer material untuk

    mengeringkan produk menjadi bentuk yang mudah dilepaskan dari poros batang.

    Peluncur Sabuk di atas piring pemanas, yang dibagi menjadi zona pemanasan

    individu. Zona terakhir biasanya berfungsi untuk mendinginkan produk. Bahan

    kering dimasukkan turun di ujung sabuk dan ditransfer ke kran pembuangan

    otomatis.

    Keuntungan dalam pengeringan vakum didasarkan pada kenyataan bahwa

    penguapan terjadi lebih cepat pada tekanan rendah daripada tekanan tinggi. Panas

    yang dipindahkan dalam pengeringan vakum pada umumnya secara konduksi,

    kadangkadang secara pemancaran (Nasution, 1982).

    Sesuai dengan namanya, proses ini dilakukan pada kondisi vakum. Cara

    ini digunakan untuk mengeringkan bahan-bahan yang peka terhadap suhu atau

    bahan yang mudah teroksidasi (Geankoplis, 1983). Sedangkan kelemahan oven

    vakum adalah biaya operasinya relatif mahal karena memerlukan peralatan

    pendukung, seperti pompa vakum, ejektor, dan kondensor (Loesecke, 1955).

    Keuntungan lain:

    Waktu pengeringannya cepat Meminimalkan hilangnya bau

    Produk yang hilang sedikit

    Produk tidak teroksidasi

    Tidak ada tekanan mekanik

    Memungkinkan pelarut kembali

    Temperaturnya rendah

    Energi yang digunakan sedikit

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    12/57

    Sistemnya tertutup

    Tidak menimbulkan polusi pada lingkungan

    Reaksi milard dapat dikendalikan

    Produk dapat langsung kering

    Pengeringan dengan vakum digunakan dalam masalah proses pengering

    konvensional. Keuntungan vakum diantaranya:

    1. Menurunkan titik didih dalam cairan yang diekstraksi, sehingga

    memungkinkan pengeringan lebih sensitif

    2. Untuk produk yang sulit mengering seperti bubuk dan granul, proses vakum

    memungkinkan tingkat pengeringan yang lebih cepat karena menggunakan

    tekanan yang rendah.

    3. Di dalam vakum, memiliki risiko oksidasi selama proses termal

    4.

    Perbedaan pada konveksi, bahan dalam bentuk serbuk dikeringkan tanpa

    turbulensi

    5. Menyediakan basis untuk mengontrol ekstraksi dan kondensasi pada

    pengeringan uap, yang memungkinkan bahan awal dapat digunakan kembali

    atau dibuang

    c. Pengeringan Beku

    Pada pengeringan beku, uap air disublimasikan keluar dari bahan beku.

    Struktur bahan tetap dipertahankan dengan baik pada kondisi ini ( Nasution,

    1982). Proses ini digunakan untuk mengeringkan bahan bahan yang labil (

    biasanya bahan bahan biologis ) supaya karakteristik aslinya tidak

    berubah (Loesecke, 1955). Bila suatu bahan biologis dikeluarkan airnya maka

    konsentrasi garamnya meningkat dan akan mengakibatkan keluarnya air di dalam

    sel. Keluarnya air karena gaya osmosis ini dapat merusak dinding sel. Osmosis

    dapat dicegah dengan membekukan bahan tersebut dan pengeluaran air dilakukan

    secara sublimasi sehingga struktur sel tetap utuh ( Jackson, 1983). Selain

    strukturnya, rasa dan aroma bahan juga dipertahankan ( sedikit sekali

    perubahannya). Suhu rendah mengurangi resiko reaksi degradasi selama

    pengeringan. Biaya pengeringan beku menjadi relatif mahal karena laju

    pengeringannya lambat dan memerlukan kondisi vakum (Geankoplis, 1983).

    Metode pengeringan yang dilakukan dapat berupa : evaporasi, vaporasi,

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    13/57

    sublimasi, konveksi, kontak, radiasi, dielektrik. Sedangkan macam-macam alat

    yang dapat digunakan antara lain : tabung penguap dengan daur otomatik, tabung

    penguap dengan gaya daur ulang diperkuat, penguap film, penguap lapis tipis

    dengan instalasi berputar, dan penguap berputar sentrifugal.

    Dengan teknik pengeringan semprot (spray drying) dan dengan teknik

    pengeringan beku (free drying). Pengeringan semprot dilakukan pada suhu tinggi,

    yang akan mempengaruhi rasa dari produk akhir, tetapi biaya produksinya jauh

    lebih rendah dibandingkan dengan pengeringan menggunakan pengeringan beku.

    Pada teknik ini, ekstrak dipompa ke dalam atomizer, yang menghasilkan partikel

    bahan berukuran kecil dan seragam. Didalam ruang pengering yang dialiri dengan

    udara pemanas, partikel-partikel tersebut mengalami proses pemanasan secara

    mendadak dan cepat sehingga air keluar secara cepat, menghasilkan produk kering

    berbentuk partikel halus. Untuk meningkatkan daya larut di dalam air dan

    membentuk butiran yang lebih kasar, biasanya dilakukan proses aglomerasi.

    Bubuk hasil pengeringan semprot dibasahi kembali, agar saling bergabung untuk

    kemudian dikeringkan kembali menggunakan fluid bed drier. Pada pengeringan

    beku, tahapan proses pengeringan ekstrak kopi adalah pembekuan ekstrak,

    penggilingan ekstrak beku untuk menghasilkan granula beku, sublimasi air pada

    kondisi vakum dan pemanasan sedang (suhu produk umumnya tidak lebih dari 50-

    70C).

    c. Pengeringan dengan Microwave

    Microwave adalah suatu gelombang energi elektromagnetik dengan

    frekuensi antara 300 MHz dan 300 GHz, yang dihasilkan dari

    kekuatan magnetron yang dikombinasikan dari elektron dan medan

    magnet yang tegak lurus satu sama lain.Pada bidang microwave dibuat dari logam, yang tidak panas. Logam

    digunakan sebagai medium untuk microwave, dan sebagai dinding untuk oven

    microwave. Sebagai peralatan farmasi dibuat dari stainless steel, ruang vakum

    berfungsi sebagai penutup pada microwave dengan memantulkan kembali ke

    dalam ruangan atau wadah.

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    14/57

    Pemanasan microwave adalah metode langsung dari pemanasan. Dalam

    medan listrik bolak-balik cepat yang dihasilkan oleh gelombang mikro, kutub

    orientasi bahan dan reorientasi diri sesuai dengan arah diajukan.

    2.7. Metode Analisis Ekstrak dengan KLT-Densitometer

    Penetapan kadar marker yang memenuhi kriteria spesifitas setidaknya

    digunakan densitometer. Densitometer adalah instrumen kuantitatif standar untuk

    penetapan kadar marker. Dengan sistem ini senyawa target akan berupa bercak

    tunggal yang terpisah dari senyawa lain dari dalam ekstrak sehingga aspek

    spesifitas terpenuhi. Berikut beberapa metode analisis ekstrak Piperis Retrofrakti

    Fructus dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari beberapa sumber,

    diantaranya:

    Berdasarkan penelitian Djunaidi, analisis menggunakan KLT terhadap

    ekstrak yang diperoleh menggunakan fase diam silika gel G 60 dan fase gerak

    campuran benzen : etil asetat (19:1) dan penampak bercak larutan vanilin 1%

    dalam asam sulfat pekat.

    Berdasarkan skripsi Istiqomah, pengukuran penetapan kadar piperin

    dengan metode KLT-Densitometer yaitu dengan cara :

    a. Pembuatan larutan Standar Piperin dengan konsentrasi 2000 ppm, dengan

    cara ditimbang 20 mg standar piperin, dilarutkan dalam etanol pa

    secukupnya sampai tanda batas 10 ml.

    b. Pembuatan larutan standar piperin dengan cara pengenceran larutan

    induk menjadi konsentrasi 200 ppm, 400 ppm, 800 ppm dan 1000 ppm.

    c. Pembuatan larutan uji

    Timbang seksama lebih kurang 50 mg ekstrak etanol 95% buah cabejawa (Piperis retrofacti Fructus), larutkan dalam 25 ad etanol p.a di dalam

    tabung reaksi. Saring kedalam labu terukur 50 ml, bilas kertas sarinya

    dengan etanol p.a secukupnya sampai tanda sehingga didapat konsentrasi

    1000 ppm. Kemudian diencerkan menjadi 800 ppm.

    d. Pengukuran

    Totolkan masing-masing 1l larutan deret standar dan larutan uji pada

    lempeng KLT silika gel 60 F 254, kembangkan dengan fase gerak

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    15/57

    diklorometan P, ukur dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

    Densitometer pada panjang gelombang 254 nm.

    Berdasarkan skripsi Trisnawati, Hasil ekstraksi dan standar piperina

    dengan beberapa macam konsentrasi ditotolkan pada lempeng Kiesel Gel 60 F

    254, kemudian dielusi dengan benzena : etil asetat (7:3). Hasil analisa kuantitatif

    didapatkan harga Rf = 0.75, warna noda biru ungu (dilihat pada sinar UV) dan

    spektra panjang gelombang maksimum 335 nm, yang memberikan hasil sama

    dengan standar piperina.

    Berdasarkan penelitian Padmadisastra, hasil pengujian senyawa penanda

    dengan KLT densitometri menggunakan pengembang n-heksana : etil asetat (3:2)

    dengan penampak bercak dragendrof (pereaksi umum alkaloid) menunjukkan

    terbentuknya dua spot berwarna merah jingga dengan Rf 0.53 dan 0.45 yang

    sejajar antara ekstrak dengan kelima formula tablet yang menunjukkan bahwa zat

    aktif alkaloid yang terdapat dalam ekstrak juga terdapat dalam tablet.

    Berdasarkan penelitian Sri Harti dan Moh Alisyahbana. Analisis KLT

    pada buah cabe jawa menggunakan silika gel GF 254 P dan fase gerak campuran

    n-butanol, etanol 96% P, amonia P dan air (60:40:5:10) serta penampak bercak

    campuran anhidrida asetat P dan asam sulfat P (27:3) menghasilkan 3 bercak yang

    berpisah secara baik. Sedangkan metode KLT menggunakan Kiesel gel GF 254 p

    dan fase gerak campuran toluen p, dietil eter P, dan dioksan P (62.5: 21: 16) serta

    penampak bercak larutan pereaksi vanilin-asam sulfat menghasilkan 4 bercak

    yang terpisah secara sempurna.

    Berdasarkan penelitian Siti Nurhayati dan Ertina, analisis KLT pada

    ekstrak buah cabe jawa menggunakan fase diam silika gel, fase gerak dengan

    komposisi toluen : dietileter : dioksan (62.5 : 21.5 : 6) dengan pereaksi penampaknoda menggunakan pereaksi vanilin asam sulfat, menunjukkan adanya bercak

    khas cabe jawa yaitu bercak berwarna kuning. Analisis KLT pada ekstrak buah

    cabe jawa menggunakan silika gel G dan cairan eluasi campuran benzen : eter :

    metanol (4:1:1). Senyawa marker yang digunakan adalah piperin (Djoko Hargono,

    1992).

    2.8. Kapsul

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    16/57

    Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras

    atau lunak yang dapat larut. Cangkang kapsul umumnya terbuat dari gelatin tetapi

    dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (DepKes RI, 1995).

    Kapsul digunakan karena kepraktisannya untuk memberikan kenyamanan bagi

    konsumen obat. Obat yang memiliki rasa tidak enak seperti pahit, anyir, manis,

    dan bau dapat ditutupi jika dibuat dalam bentuk kapsul. Selain itu cangkang

    kapsul juga berfungsi untuk menjaga bahan aktif dan pengaruh lingkungan

    sehingga bisa menjaga stabilitasnya. Cangkang kapsul dapat mewadahi berbagai

    bentuk obat mulai dari serbuk, granula, cair dan semipadat. Kerugian sediaan

    kapsul adalah kalrutan tinggi umumnya tidak dapat digunakan pada kapsul gelatin

    keras, kapsul tidak cocok untuk bahan obat yang dapat mengembang.

    Beberapa bahan tambahan pada formulasi massa kapsul diantaranya:

    Bahan pengisi

    Untuk mencukupkan massa kapsul sampai pada bobot yang digunakan.

    Bahan lubrikan

    Untuk meningkatkan aliran serbuk atau granul sehingga memperbaiki sifat

    alir dengan memperkecil gesekan antar partikel.

    Adsorben

    Untuk melindungi bahan berkhasiat dan pengaruh kelembaban.

    Kapsul buah cabe jawa telah digunakan dalam jamu yang ada dipasaran,

    salah satunya adalah kapsul herbalcabe jawa yang berisi Piperis retofracti Fructus

    extractumisi. Selain kapsul, cabe jawa bisa dibuat krim contohnya pada sediaan

    krim ekstrak etanol cabe jawa menggunakan basis krim tipe o/w. Ekstrak etanol

    cabe jawa dibuat menggunakan basis asam stearat, cera alba, vaselin alba, TEA,

    propilen glikol dengan variasi kadar asam stearat dan cera alba 75:25 ; 50:50 ;25:75. Ekstrak cabe jawa juga bisa dibuat gel dengan metode sokhletasi dengan

    kombinasi karbopol dan HPMC 2:1, 1:1, 1:2. Selain itu cabe jawa juga dapat

    diformulasi dalam bentuk tabel dengan formulasi seperti berikut :

    Komponen Formula A

    (%)

    Formula B

    (%)

    Formula C

    (%)

    Formula D

    (%)

    Formula E

    (%)

    Ekstrak

    cabe jawa

    21.4 21.4 21.4 21.4 21.4

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    17/57

    kering

    Vivapur pH

    102

    20 30 40 50 60

    Laktosa 52.1 42.1 32.1 22.1 12.1

    Aerosol 200 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

    Mg Stearat 1 1 1 1 1

    Talk 5 5 5 5 5

    (Padmadisastra, 2009)

    2.8. Evaluasi Sediaan Kapsul

    1. Evaluasi mutu fisik granul ekstrak

    1.1. Kelembaban granul

    Kelembaban granul diukur dengan moisture balance analyzer,

    dengan persyaratan 3-5% (Voight, 1994)

    1.2.

    Uji kecepatan alir dan sudut diam granul

    Uji kecepatan alir dan sudut diam granul dilakukan dengan cara

    memasukkan 100 gram granul ke dalam corong yang ditutup bagian

    bawahnya. Kecepatan alir ditentukan dengan mengukur waktu yang

    dibutuhkan oleh serbuk mengalir keluar sampai habis. Sudut diam dapat

    ditentukan dengan rumus :

    Sudut diam (tg ) = tinggi kerucut (h) (cm)

    Jari-jari (r) (cm)

    Sudut granulat dikatakan baik apabila sudut diamnya = 20o-40o

    1.3.

    Kerapuhan granul

    Kerapuhan granul ditentukan dengan cara mengayak 10 gram

    sampel granul dengan pengayak 212 m (setara dengan mesh 70).

    Granul hasil ayakan diletakkan pada piringan alat uji kerapuhan yang

    diputar pada 25 rpm selama 5 menit. Setelah itu, sampel diayak dengan

    ayakan 212 m lalu ditentukan persen serbuk sebagai indeks dari

    kerapuhan granul. Syarat untuk uji kerapuhan granul adalah tidak lebih

    dari 1%.

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    18/57

    2. Uji mutu fisik kapsul

    Uji mutu fisik kapsul dilakukan terhadap formula optimum,

    meliputi uji keseragaman bobot dan waktu hancur kapsul. Uji keseragaman

    bobot kapsul mengikut ketentuan Farmakope Indonesia III (Anonim,

    1979). Uji waktu hancur kapsul dilakukan dengan cara yang tercantum

    pada Farmakope Indonesia IV (Anonim, 1995). Waktu hancur kapsul tidak

    lebih dari 15 menit (Anonim, 1979).

    2.1.

    Keseragaman bobot kapsul

    Timbang 20 kapsul dan timbang lagi kapsul satu per satu.

    Keluarkan semua isi kapsul, timbang seluruh bagian cangkang kapsul.

    Hitung bagian isi kapsul terhadapa bobot rata-rata tiap kapsul.

    Perbedaan dalam persen bobot tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap

    isi kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan pada kolom A dan

    untuk setiap 2 kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan kolom B.

    Bobot rat-rata kapsul Perbedaan bobot isi kapsul dalam (%)

    A B

    120 mg atau lebih 10 % 20 %

    Lebih dari 120 mg 7.5 % 10 %

    2.2.Uji variasi berat

    Uji variasi berat yang ditentukan oleh USP XX merupakan uji yang

    berurutan, timbang 20 kapsul dan ditentukan berat rata-ratanya.

    Persyartan uji dipenuhi jika tidak satu pun dari berat masing-masing

    kapsul yang kurang dari 90% atau lebih dari 110% dari berat rata-rata.Jika ke-20 kapsul tidak memenuhi kriteria tersebut, berat netto masing-

    masing ditentukan, diambil rata-ratanya dan perbedaan ditentukan antara

    masing-masing isi netto dengan rat-rata. Persyaratan dipenuhi jika:

    a.

    Tidak lebih dari dua perbedaan yang lebih dari 10% terhadap rata-

    rata.

    b.

    Tidak satupun yang mempunyai perbedaan lebih besar dari 25%.

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    19/57

    Jika lebih dari 2 tetapi kurang dari 6 berat yang ditentukan dengan

    uji tersebut lebih dari 10% tetapi kurang dari 25% . Isi netto ditentukan

    untuk 40 kapsul tambahan, dan rata-rata diambil dari 60 kapsul.

    Terhitung ada 60 penyimpangan dari berat rata-rata yang baru.

    Persyaratan dipenuhi jika:

    a.

    Perbedaan tidak melebihi 10 % dari rata-rata dalam lebih 6 dari 60

    kapsul.

    b.

    Tidak ada perbedaan yang lebih dari 25%.

    2.3.Uji keseragaman isi

    Uji keseragaman isi dilakukan dengan menimbang 30 kapsul, 10

    diantaranya diperiksa dengan prosedur khusus. Persyaratan dipenuhi jika

    9 dari 10 kapsul mempunyai kisaran potensi spesifik dari 85 sampai 115

    %, dan yang kesepuluh tidak diluar 75 sampai 125 %.

    Jika lebih dari 1 tetapi kurang dari 3, dari 10 kapsul yang pertama

    berada diluar batas 85 sampai 115 %, Ke-20 sisa diperiksa. Persyaratan

    dipenuhi jika ke-30 kapsul berada dalam kisaran spesifik 75 sampai 125

    % dan tidak kurang dari dari 27 dari 30 kapsul berada dalam kisaran 85

    sampai 115%.

    2.4.Penentuan pH

    Pengujian dilakukan sama seperti penentuan pH ekstrak yaitu nilai

    pH larutan ditentukan secara potensiometri dengan menggunakan

    elektroda kaca, elektroda referensi dan pH meter digital. pH meter

    dioperasikan sesuai petunjuk. Pertama aparat dikalibrasikan

    menggunakan penyangga dari pH 4.9 dan 7. 1 gram bubuk ekstrakdiambil dan dilarutkan dalam 100 mL air demineral. Elektroda direndam

    dalam larutan dan pH diukur. Untuk kapsul yang digunakan adalah

    bubuk dari satu kapsul.

    2.5.

    Uji desintegrasi untuk kapsul

    Satu kapsul dimasukkan ke masing-masing tabung dan

    menambahkan disk untuk setiap tabung, dan ditambah 100 mL air. Wire

    mesh pada titik tertinggi adalah minimal 25 mm dibawah permukaan air,

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    20/57

    dan dititik rendah setidaknya 25 mm diatas bagian bawah gelas. Aparat

    dioperasikan dan dijaga pad suhu 37o 2oC. Catat waktu yang

    dibutuhkan untuk semua kapsul hancur dan melewati wire mesh.

    2.6.

    Uji disolusi untuk kapsul.

    Uji disolusi dilakukan untuk kapsul menggunakan alat uji disolusi,

    900 mL dari 5 N HCl digunakan sebagai medium. Media disolusi

    dihangatkan sampai 36.5o-37.5o. untuk uji disolusi kapsul, menggunakan

    disolusi tipe keranjang. Alat segera dioperasikan pada kecepatan 50 rpm

    selama dua jam. Setelah dua jam, 25 ml spesimen ditarik dari daerah

    pertengahan antara permukaan dari medium disolusi dan atas pisau

    berputar atau keranjang. Untuk masing-masing kapsul diuji, jumlah

    bahan aktif yang terlarut dihitung sebagai persentase yang terlarutkan

    dalam dua jam.

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    21/57

    BAB 3. METODE PELAKSANAAN

    3.1 Alat dan Bahan

    3.1.1

    Alat:

    Gelas beker

    Spatula

    Mortir

    Stamper

    Timbangan analitik

    Labu ukur

    Vial

    Mikropipet

    Lempeng KLT

    Densitometri

    Batang pengaduk

    Rotavapor

    Oven

    3.1.2 Bahan:

    Standart piperinb

    Ekstrak cabe jawa

    Aerosil

    Avicel

    Etanol 96%

    Mg stearat

    Amilum

    Cangkang kapsul

    Kertas saring

    3.2 Cara Kerja

    3.2.1 Metode ekstraksi maserasi

    Masukkan serbuk ke dalam maserator

    Serbuk simplisia cabe jawa

    Timbang 40 g

    Tambahkan etanol 96% 400 ml

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    22/57

    3.2.2 Pengeringan ektrak

    Serbuk simplisia dimaserasi

    Rendam selama 18 jam

    Maserat cabe jawa

    Saring maserat

    Filtrat cabe jawa

    Pekatkan dengan rotavapor pada suhu 50oC

    Ektrak kental cabe jawa

    Hitung rendemen

    Ektrak kental

    Timbang ektrakkental (75% dari rendemen)

    Aduk rata dengan batang pengaduk selama 3-5 menit

    Ektrak kental 75% dari rendemen

    Timbang aerosil 1-2% dari bobot ekstrak

    Tambahkan aerosil sedikit demi sedikit pada ektrak kental

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    23/57

    3.2.3 Penetapan kadar senyawa aktif ektrak

    Pembuatan larutan pembanding piperin

    Campuran ekstrak dan aerosil

    Tambah aerosil sambil digerus ad rata dan kering

    Ektrak kering cabe jawa

    25 mg standart piperin

    dilarutkan dengan etanol 96% ad tanda

    Dimasukkan dalam labu 25 mL

    Larutan induk 1000 ppm

    Larutan standart berbagai konsentrasi

    Dipipet 0,5 ml, masukkan dalam labu 5 ml (100 ppm)

    Dipipet 1 ml, masukkan dalam labu 5 ml (200 ppm)

    Dipipet 2 ml, masukkan dalam labu 5 ml (400 ppm)

    Dipipet 4 ml, masukkan dalam labu 5 ml (800 ppm)

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    24/57

    Pembuatan larutan uji

    Penetapan kadar piperin menggunakan metode KLT Densitometri

    Ditimbang 250 mg ekstrak

    Larutkan dalam 15 ml etanol 96%

    Saring larutan ke dalam labu 25 ml menggunakan kertas saring

    Bilas kertas saring dengan etanol 96% ad tanda

    Siapkan lempeng KLT kering dan bersih

    Totol 2 l larutan pembanding

    Totol 10 l larutan uji (3x replikasi)

    Eluasi lempeng dalam chamber jenuh

    Keringkan lempeng dengan alat pengering

    Scanning lempeng dengan densitometri camag

    Hitung kadar piperin dan KV kadar piperin

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    25/57

    3.2.4 Formulasi kapsul

    3.2.5 Garanulasi basah

    Dibuat kapsul dengan kadar piperin 4,9%

    Bobot tiap kapsul 600 mg dengan mengguankan kapsul no 1

    Tambah avicel 4,5 g

    Tambah amilum 16,9 g

    Campur rata ekstrak kering cabe jawa dengan avicel dan amilum

    Campuran zat aktif dan eksipien

    Campuran zat aktif dan eksipien

    Tambahkan PVP 7 mL

    Aduk hingga terbentuk massa yang dapat dikepal

    Ayak dengan menggunakan ayakan no 80

    Granulasi basah

    Keringkan dengan oven pada suhu 45oC selama 30 menit

    Serbuk granul basah

    Ayak dengan menggunakan ayakan no 60

    Tambahkan Mg stearat 0,52 mg

    Granul kering

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    26/57

    3.2.6 Pengisian kapsul

    3.3 Evaluasi sediaan

    3.3.1 Evaluasi mutu fisik granul ekstrak

    Uji kecepatan alir

    menimbang 100 gram campuran ekstrak kering

    menutup dasar corong dan masukkan campura n ekstrak dalam corong

    membuka penutup dasar corong dan jalankan pencatat waktu

    menghentikan pencatat waktu pada saat semua campuran ekstrak keringmelewati corong

    mengukur tinggi kerucut (h) dan jari-jari (r)

    menghitung sudut diam dengan cara membagi h dan r.

    Buka penutup kapsul

    Badan kapsul ditekan-tekan pada serbuk

    Setelah terisi penuh, tutup kapsul

    Bersihkan seluruh permukaan cangkang kapsul

    Masukkan kapsul ke dalam wadah

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    27/57

    Sudut diam dapat ditentukan dengan rumus :

    Sudut diam (tg ) = tinggi kerucut (h) (cm)

    Jari-jari (r) (cm)

    Sudut granulat dikatakan baik apabila sudut diamnya = 20o-40o

    3.3.2 Uji Mutu Fisik Kapsul

    Bobot rat-rata kapsul Perbedaan bobot isi kapsul dalam (%)

    A B

    120 mg atau lebih 10 % 20 %

    Lebih dari 120 mg 7.5 % 10 %

    Uji keseragaman bobot

    Menimbang 20 kapsul

    menimbang lagi satu persatu

    mengeluarkan semua isi kapsul

    menimbang seluruh bagian cangkang kapsul

    hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap kapsul

    Perbedaan dalam persen bobot tiap kapsul terhadap bobot rata-ratatiap isi kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan pada kolom A

    dan untuk setiap 2 kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkankolom B

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    28/57

    3.4 Uji Penetapan Kadar Sediaan

    Pembuatan larutan pembanding piperin

    Pembuatan larutan uji

    25 mg standart piperin

    dilarutkan dengan etanol 96% ad tanda

    Dimasukkan dalam labu 25 mL

    Larutan induk 1000 ppm

    Larutan standart berbagai konsentrasi

    Dipipet 0,5 ml, masukkan dalam labu 5 ml (100 ppm)

    Dipipet 1 ml, masukkan dalam labu 5 ml (200 ppm)

    Dipipet 2 ml, masukkan dalam labu 5 ml (400 ppm)

    Dipipet 4 ml, masukkan dalam labu 5 ml (800 ppm)

    Ambil kapsul secara acak, keluarkan dan timbang isinya

    Larutkan dalam 15 ml etanol 96%

    Saring larutan ke dalam labu 25 ml menggunakan kertas saring

    Bilas kertas saring dengan etanol 96% ad tanda

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    29/57

    Penetapan kadar piperin dalam kapsul

    Penetapan Kadar Piperin

    Penotolan : 2 l larutan pembanding dan 10l larutan uji.

    Fase gerak : diklorometana : etil asetat (30 : 10)

    Fase diam : Silika gel 60 F254

    Deteksi : pada UV 254 nm

    Warna noda : gelap (meredam sinar UV)

    Replikasi : 3X

    Siapkan lempeng KLT kering dan bersih

    Totol 2 l larutan pembanding

    Totol 10 l, 8 l, dan 4 l larutan uji (3x replikasi)

    Eluasi lempeng dalam chamber jenuh

    Keringkan lempeng dengan alat pengering

    Scanning lempeng dengan densitometri camag

    Hitung kadar piperin dan KV kadar piperin

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    30/57

    BAB 4. HASIL PERCOBAAN

    4.1 Uji Penetapan Kadar Ekstrak Cabe Jawa

    LARUTAN KONSENTRASI MASSA AREA

    Standar 1 100 ppm 200 ng 1595,17

    Standar 2 200 ppm 400 ng 3015,24

    Standar 3 400 ppm 800 ng 5680,54

    Standar 4 800 ppm 1600 ng 9765,23

    Sampel replikasi 1 400 ppm 4921,15

    Sampel replikasi 2 400 ppm 4525,93

    r = 0,997

    y = 5,7842x + 675,92

    sampel replikasi 1

    4921,15 = 5,7892x + 675,92

    x = 733,244 ng / dalam 8 l

    dalam 25 ml =>

    x 733,244 ng

    = 2291388 ng

    = 2,3 mg

    x 2,3 mg = 57,5 mg

    Berat sampel = 250 mg

    % b/b =

    x 100 %

    = 23 %

    4.1 Formulasi kapsul cabe jawa

    Berdasarkan jurnal

    R/ Ekstrak cabe jawa 4,9 %

    Lactosa 78,5%

    PVP K-30 2,23%

    Nipagin 0,2%

    Nipasol 0,02%

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    31/57

    Talk 9,15%

    Mg stearat 5%

    Berdasarkan buku

    R/ Ekstrak cabe jawa 4,9 %

    Avicel 20%

    Amilum 75,1%

    m.f.d.in caps No. l

    s.t.d.d

    Susunan formulasi yang digunakan

    R/ Ekstrak cabe jawa 4,9 %

    Avicel 20%

    Amilum 75,1%

    Mg stearat 2%

    PVP

    m.f.d.in caps No. l

    s.t.d.d

    Penimbangan bahan

    - Menggunakan cangkang kapsul ukuran 1 dimana 1 kapsul berisi 600

    mg

    -

    Membuat 50 kapsul cabe jawa

    - Total serbuk pengisi kapsul:

    -

    50 x 600 = 30.000 mg = 30 g

    Piperin

    -

    Terkandung dalam ekstrak kental cabe jawa, ekstrak sampel

    diketahui % b/b = 23%

    =

    x= 21,7 mg ekstrak

    -

    Menimbang 1102,5 mg ekstrak + dengan aerosil 4% => 0,882 mg

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    32/57

    - Mengandung piperin :

    = 3,7 % (kandungan ekstrak dalam sediaan)

    Avicel

    x 30 g = 6 g

    Amilum

    x 30 g = 22,53 g

    PVP

    - PVP dilarutkan dalam etanol

    -

    PVP yang ditimbang : 1 gram

    - Pelarut yang digunakan : Etanol 20 ml ( 1 gram / 20 ml)

    - Yang digunakan untuk membasahi serbuk : 7 ml = 140 tetes

    -

    Mengalami proses granulasi ( pembasahan, pengayakan

    pertama, pengeringan dengan oven, pengayakan kedua )

    sehingga berat menjadi 26 gram

    Mg Stearat 2%

    x 26 gram = 0,52 %

    Kandungan Piperin

    Hasil penetapan kadar piperin 23%

    =

    x =

    rata-rata per kapsul = 222.37 mg sediaan

    =

    x = 2.74 mg piperin/kapsul

    % b/b =

    x 100% = 0.851%

    Proses formulasi

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    33/57

    Total serbuk = 26. 52 gram

    Rata-rata bobot perkapsul= 322,37

    4.2 Hasil Evaluasi

    1. Sifat alir

    Massa granul : 26.52 g

    Tinggi kerucut : 4.5 cm

    Jari-jari : 8 cm

    Waktu alir : 37 detik

    Kecepatan alir : 0.717 g/s

    Tangen sudut diam : tangen 0.5625

    Sudut diam : 29.36o

    Kesimpulan = tidak memenuhi persyaratan sifat alir, karena pergerakan

    sifat alir 10 g/s.

    2. Keseragaman bobot

    No Kapsul + isi (gram) Cangkang (gram) Isi (gram)

    1 0.4083 0.0781 0.3302

    2 0.4045 0.0787 0.3258

    3 0.3961 0.0815 0.3146

    4 0.4396 0.0750 0.3646

    5 0.4139 0.0812 0.3327

    6 0.3847 0.0743 0.3104

    7 0.3841 0.0797 0.3044

    8 0.4167 0.0786 0.3381

    9 0.3864 0.0794 0.3070

    10 0.3953 0.0787 0.3166

    11 0.3865 0.0765 0.3100

    12 0.3945 0.0776 0.3173

    13 0.4075 0.0796 0.3279

    14 0.3966 0.0755 0.3211

    15 0.3942 0.0755 0.3146

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    34/57

    16 0.3921 0.0795 0.3126

    17 0.3932 0.0772 0.3160

    18 0.4142 0.0779 0.3345

    19 0.4028 0.0775 0.3253

    20 0.4008 0.0770 0.3238

    Total 8.0106 1.559 6.44755

    Rata-rata isi kapsul =

    = 0.32237 gram = 322.37 mg

    Perbedaan bobot antar kapsul =

    x 100% = 0.22%

    Kesimpulan : memenuhi keseragaman bobot

    4.3 Penetapan kadar piperin dalam kapsul

    Larutan Konsentrasi Massa Area Rf

    Standar 1 100 ppm 200 ng 1404.31 0.56

    Standar 2 200 ppm 400 ng 2791.56 0.57

    Standar 3 400 ppm 800 ng 5464.14 0.57

    Standar 4 800 ppm 1600 ng 9697.84 0.57Sampel replikasi

    1

    920.1 ng 5840.07

    Sampel replikasi

    2

    737.43 ng 4765.24

    Sampel replikasi

    3

    587.39 ng 3882.39

    r = 0.99788y =426.2 + 5.884x

    Sampel replikasi 1

    Dalam 25 ml = 25x103l / 10 l x 920.1 ng = 2300250 ng = 2.3 mg

    Sampel replikasi 2

    Dalam 25 ml = 25x103l / 8 l x 737.43 ng = 2304468.75 ng = 2.3 mg

    Sampel replikasi 3

    Dalam 25 ml = 25x10

    3

    l / 4 l x 587.39 ng = 2447458 ng = 2.4 mg

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    35/57

    % b/b sampel replikasi 1 = 2.3 mg / 325 mg x 100% = 0.71%

    % b/b sampel replikasi 1 = 2.3 mg / 325 mg x 100% = 0.71%

    % b/b sampel replikasi 1 = 2.4 mg / 325 mg x 100% = 0.74%

    % b/b rata-rata = 0.71% + 0.71% + 0.74% / 3 = 0.72%

    % recovery = 0.72% / 0.851 x 100% = 84.61 %

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    36/57

    BAB 5. PEMBAHASAN

    5.1 Mekanisme zat aktif pada cabe jawa

    Cabe jawa merupakan salah satu tanaman yang diketahui memiliki efek

    stimulant terhadap sel-sel syaraf sehingga mampu meningkatkan stamina

    tubuh.Efek hormonal dari tanaman ini dikenal sebagai afrodisiaka.Berdasarkan

    penelitian secara ilmiah Cabe Jawa digunakan sebagai afrodisiaka karena

    mempunyai efek androgenik dan anabolik. Dari suatu tinjauan pustaka dikatakan

    bahwa secara umum kandungan kimia atau senyawa kimia yang berperan sebagai

    afrodisiaka adalah turunan steroid, saponin, alkaloid, tannin dan senyawa lain

    yang dapat melancarkan peredaran darah. Bagian yang dimanfaatkan sebagai

    afrodisiaka adalah buahnya dan diduga senyawa aktif yang berkhasiat afrodisiaka

    di dalam buahnya adalah senyawa piperine.

    Selain piperine, senyawa lain dalam buah cabe jawa yang juga diduga

    memiliki peran afrodisiak yaitu -sitosterol, yang merupakan senyawa sterol

    dengan struktur mirip kolesterol dan dapat diubah menjadi pregnenolon.

    Pregnenolon sendiri merupakan senyawa yang terbentuk pada proses awal sintesis

    testosteron dari kolesterol. Dengan demikian, kemiripan struktur yang dimiliki -

    sitosterol dengan kolesterol memungkinkannya untuk dikonversi menjadi hormon

    steroid, diantaranya testosteron.

    Dari beberapa hasil penelitian, diketahui bahwa ekstrak Cabe Jawa cukup

    aman, mempunyai efek androgenik dan meningkatkan kadar hormone testosteron

    tikus percobaan serta sudah diketahui karakterisasinya baik sebagai simplisia

    maupun ekstrak etanol 95%. Suatu uji klinik dengan rancangan penelitian single

    blind clinical trial telah dilakukan pada pasien hipogonad yaitu pasien infertildengan oligozoospermia dan keluhan penurunan libido atau potensi seks, volume

    testis < 15 ml, serta kadar hormon testosteron di bawah kisaran normal. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa ekstrak Cabe Jawa dapat meningkatkan kadar

    testosteron darah pada 7 dari 9 pria relawan. Dilaporkan juga bahwa terdapat

    perbedaan yang signifikan jumlah konsentrasi spermatozoa dan frekuensi koitus

    relawan setelah pemberian Cabe Jawa.Jumlah sperma meningkat setelah 30 hari

    pemberian Cabe Jawa dan tetap tinggi setelah pemberiannya dihentikan.Cabe

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    37/57

    Jawa dapat meningkatkan libido atausexual intercoursepara relawan.Peningkatan

    tersebut merupakan nilai tambah dari Cabe Jawa jika diberikan pada pria yang

    mempunyai keluhan tentang coitus.

    5.2 Pemilihan Metode Ekstraksi

    Metode ekstraksi yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode

    maserasi, dimana metode maserasi ini merupakan metode ekstraksi cara dingin.

    Metode ekstraksi cara dingin memiliki keuntungan dalam proses ekstraksi total,

    yaitu memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pada senyawa termolabil

    yang terdapat pada sampel.

    Metode maserasi sendiri merupakan proses pengekstrakan simplisia

    dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan

    pada temperature ruangan (suhu kamar). Penyarian zat aktif dilakukan dengan

    cara merendam serbuk sampel ke dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga

    hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke

    dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan

    konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang

    konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan

    konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi

    keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama

    proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari.

    Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.

    Dipilih metode ekstraksi maserasi ini karena sediaan cabe jawa

    mengandung minyak atsiri sehingga jika digunakan metode ekstraksi lainnya yang

    menggunakan cara panas ditakutkan ada senyawa aktifnya akan rusak. Selain itu

    tidak digunakan metode maserasi cara dingin lainnya karena metode maserasilebih mudah untuk dilakukan (lebih sederhana) selain itu lebih murah dan tidak

    membutuhkan alat khusus.

    Dari proses ekstrasi yang dilakukan dengan menggunakan metode

    maserasi dapat menghasilkan rendemen yang cukup besar. Berdasarkan literature

    Farmakope Herbal 2010 nilai rendemen ekstrak kental buah cabe jawa (Piperis

    retrofacti fructus extractum spissum) tidak kurang dari 12%.

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    38/57

    5.3 Pemilihan Pelarut

    Menurut Guenther, 1987, pelarut sangat mempengaruhi proses ekstraksi,

    pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain :

    1.

    Selektivitas

    Pelarut dapat melarutkan semua zat yang akan diekstrak dengan cepat dan

    sempurna.

    2. Titik didih pelarut

    Pelarut harus mempunyai titik didih yang cukup rendah sehingga pelarut

    mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi pada proses pemurnian dan

    jika diuapkan tidak tertinggal dalam minyak.

    3.

    Pelarut tidak larut dalam air

    4. Pelarut bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen lain

    5. Harga pelarut semurah mungkin.

    6. Pelarut tidak mudah terbakar.

    Pada praktikum kali ini digunakan pelarut etanol 96%. Dipilih pelarut

    etanol karena etanol dapat digunakan untuk menyari zat yang kepolaran relatif

    tinggi sampai relative rendah, karena etanol merupakan pelarut universal, etanol

    tidak meyebabkan pembengkakan membrane sel, dapat memperbaiki stabilitas

    bahan obat yang terlarut dan juga efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif

    yang optimal. Dipilih etanol konsentrasi 96% karena etanol 96% merupakan

    pelarut dimana kadar alkoholnya lebih kecil atau sedikit dibandingkan dengan

    kadar airnya, sehingga lebih mudah atau lebih cepat menguap.

    5.4 Tahapan Kerja

    Pada praktikum kali ini pertama yang dilakukan adalah menyerbuksimplisia yang sudah kering menggunakan mesin selep dengan derajat kehalusan

    yang sudah ditentukan.Selanjutnya serbuk simplisia kering yang didapat

    dimaserasi. Pada tahap maserasi yang dilakukan pertama kali adalah menimbang

    40 gram serbuk kering simplisia cabe jawa lalu dimasukkan ke dalam maserator,

    ditambahkan etanol 96% sebanyak 400 mL, diaduk, maserator ditutup dan

    dibiarkan terendam selama 6 jam, diaduk, dibiarkan kembali selama 18 jam,

    sehingga didapatkan maserat yang kemudian maserat disaring dan dipekatkan

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    39/57

    dengan routavapor pada suhu 500C sehingga didapatkan ekstrak kental.

    Selanjutnya dihitung rendemen ekstrak yang didapatkan.

    Ekstrak kental yang didapatkan selanjutnya dikeringkan dengan

    menambahkan aerosil sedikit demi sedikit sebanyak 1-2% dari bobot ekstrak

    kemudian diaduk ad rata dan kering.Penambahan aerosil ini bertujuan untuk

    mendapatkan ekstrak yang kering.Setelah didapatkan ekstrak kering cabe jawa

    kemudian dilakukan formulasi kapsul cabe jawa.Dimana kapsul yang digunakan

    yaitu kapsol No. 1 dengan bobot tiap kapsul 600 mg yang mengandung piperin

    4.9%. pertama yang dilakukan adalah menambahkan avicel sebanyak 4.5 g,

    amilum 16.9 g ke dalam ekstrak kering cabe jawa dan dicampur ad rata.

    Campuran antara ekstrak cabe jawa, avicel, dan amilum tadi selanjutnya di

    granulasi dengan menambahkan PVP 7 ml dan diaduk hingga didapatkan massa

    yang kalis. Setelah itu diayak menggunakan ayakan No. 80 kemudian di oven

    pada suhu 450C selama 30 menit.Selanjutnya granul yang telah di oven diayak

    kembali menggunakan ayakan No. 60 yang kemudian ditambahkan dengan Mg

    stearat sehingga didapatkan granul kering.

    Setelah proses granulasi dilakukan dan didapatkan granul kering,

    selanjutnya granul tersebut dimasukkan ke dalam kapsul. Pertama badan dan

    penutup kapsul dipisahkan dan diletakkan pada tempat untuk pengisian kapsul

    seperti Gambar 1 yang kemudian badan kapsul diisi dengan serbuk hingga terisi

    penuh dan selanjutnya tutup kapsul menggunakan penutup kapsul yang tadi telah

    dipisahkan dengan badannya. Setelah itu cangkang kapsul yang telah terisi

    sediaan permukaannya dibersihkan.

    Untuk memastikan sediaan kapsul cabe jawa yang diformulasi

    merupakan sediaan yang baik dan sesuai dengan parameter yang diinginkanmaka dilakukan pengujian evaluasi pada sediaan. Evaluasi yang dilakukan

    diantaranya yaitu evaluasi mutu fisik granul ekstrak yang terdiri dari uji sifat

    alirnya yang dilakukan dengan menimbang 100 mg campuran ekstrak kering

    sediaan kapsul cabe jawa kemudian diletakkan pada alat yang berupa corong

    yang selanjutnya dihitung berapa lama serbuk tersebut dapat melewati corong

    dan diukur jari-jari serta ketinggian dari gunungan serbuk yang jatuh melewati

    corong. Selanjutnya dihitung sudut diamnya dengan membagi tinggi dengan jari-

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    40/57

    jari yang terbentuk.

    Evaluasi selanjutnya yaitu evaluasi mutu fisik kapsul yang terdiri dari uji

    keseragaman bobot yaitu dengan menimbang 20 kapsul satu persatu, kemudian

    mengeluarkan semua isi kapsul dan menimbang seluruh bagian cangkang kapsul

    yang kemudian dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap kapsulnya.

    Perbedaan dalam persen bobot tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul

    tidak boleh lebih dari yang ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul

    tidak boleh lebih dari yang ditetapkan kolom B. Selanjutnya uji variasi berat

    dengan menimbang 20 kapsul dan ditentukan berat rata-ratanya, dimana harus

    memenuhi persyaratan uji yaitu tidak boleh satu pun dari berat masing-masing

    kapsul yang kurang dari 90% atau lebih dari 110% dari berat rata-rata, Jika ke-

    20 kapsul tidak memenuhi kriteria tersebut, berat netto masing-masing

    ditentukan, diambil rata-ratanya dan perbedaan ditentukan antara masing-masing

    isi netto dengan rata-rata.

    Selain evaluasi di atas juga dilakukan uji penetapan kadar piperin dalam

    sediaan. Tahap yang dilakukan pertama kali yaitu membuat larutan pembanding

    piperin dengan menimbang 25 mg standar piperin dan dilarutkan dengan etanol

    96% ad tanda dalam labu ukur 25 mL sehingga didapatkan larutan induk dengan

    konsentrasi 1000 ppm yang kemudian larutan induk tersebut diencerkan menjadi

    100 ppm, 200 ppm, 400 ppm, dan 800 ppm. Selanjutnya dibuat larutan uji

    dengan mengambil kapsul secara acak dan isinya dikeluarkan kemudian

    ditimbang. Isi kapsul selanjutnya dilarutkan dalam 15 ml etanol 96%, kemudian

    disaring menggunakan kertas saring dan di ad kan dengan etanol 96% dalam

    labu ukur 25 ml. setelah larutan standard an larutan uji siap selanjutnya

    dilakukan penetapan kadar piperin dalam kapsul. Yang pertama dilakukan yaitumenyiapkan lempeng KLT (pastikan lempeng bersih) kemudian dilakukan

    penotolan larutan pembanding 2 l dan larutan uji 10 l, 8 l, dan 4 l denga

    replikasi sebanyak 3 kali. Setelah penotolan selesai dilakukan eluasi lempeng

    dalam chamber yang sudah jenuh, tunggu sampai fase gerak berjalan sampai

    batas atas, jika sudah selanjutnya lempeng dikeringkan menggunakan drier

    kemudian lempeng yang sudah kering discanning menggunakan densitometer

    CAMAG dan dihitung kadar piperin dan KV kadar piperin.

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    41/57

    5.5 Rendemen

    Nilai rendemen ekstrak etanol 96% buah cabe jawa (Piperis retrofracti

    fructus) yang didapat dari hasil ekstraksi maserasi adalah sebesar . Besar kecilnya

    nilai rendemen menunjukkan keefektifan proses ekstraksi. Efektifitas proses

    ekstraksi dipengaruhi oleh jenis pelarut yang digunakan sebagai penyari, ukuran

    partikel simplisia, metode dan lamanya ekstraksi. Menurut literature Farmakope

    Herbal 2010 nilai rendemen ekstrak kental buah cabe jawa (Piperis retrofacti

    fructus extractum spissum) tidak kurang dari 12%.Jadi nilai rendemen ekstrak

    kental buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus extractum spissum) dengan

    metode ekstraksi maserasi sesuai dengan literature.

    5.6 Penetapan kadar dengan metode KLT Densitometer

    Ekstrak yang terbentuk harus ditetapkan kadarnya. Penetapan kadar

    dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa dalam ekstrak tersebut. Senyawa

    yang ditentukan kadarnya, dapat berupa senyawa aktif maupun senyawa identitas.

    Senyawa aktif merupakan senyawa yang dapat memberikan efek farmakologi

    sedangkan senyawa identitas merupakan senyawa khas yang terdapat dalam suatu

    tanaman. Pada ekstrak ini, kami menetapkan kadar senyawa piperin yang

    merupakan senyawa aktif sebagai afrodisiak sekaligus sebagai senyawa identitas

    dari tanaman cabe jawa. Penetapan kadar pada praktikum ini dilakukan dengan

    metode kromatografi lapis tipis (KLT) Densitometri. Kromatografi lapis tipis

    adalah metode pemisahan senyawa kimia secara kimia fisika bedasarkan

    perbedaan kecepatan migrasi atau rasio distribusi dari komponen campuran

    fase diam dan fase gerak (Kusumaningtyas et al., 2008). Pada ekstrak ini, kami

    memisahkan senyawa piperin dengan senyawa-senyawa lain yang terdapat padaekstrak tersebut kemudian menentukan kadarnya menggunakan densitometer.

    Densitometri merupakan metode yang dapat mengukur kadar suatu zat dengan

    mengukur kerapatan dari bercak hasil pemisahan pada lempeng yang selanjutnya

    didefinisikan sebagai luas area. Pengukuran kerapatan ini melalui interaksi radiasi

    elektromagnetik (REM).

    Kami membuat larutan standart dengan konsentrasi 100, 200, 400 dan 800

    ppm sedangkan larutan uji dibuat dengan konsentrasi ekstrak 400 ppm. Kemudian

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    42/57

    ditotolkan pada lempeng KLT sebanyak 2 L dan larutan uji sebanyak 8 L.

    Kemudian dieluasi dan discanning menggunakan densitometer pada panjang

    gelombang 254 nm (Farmakope Herbal, 2009). Kondisi analisis dalam penetapan

    kadar ini sudah merupakan hasil dari optimasi. Dari scanning tadi, kita dapat

    menganalisa piperin dalam ekstrak secara kualitatif dan kuantitatif. Secara

    kualitatif, kita dapat melihat dari nilai Rf. Nilai Rf dari larutan uji berturut-turut

    adalah 0,56; 0,56; 0,57;0,57. Nilai ini sama dengan nilai Rf dari standart yaitu

    rata-rata 0,57. Ini menunjukkan bahwa dalam ekstrak cabe jawa memang

    terkandung piperin. Secara kuantitatif, kita dapat menghitung kadar dari piperin

    dalam ekstrak dari luas area yang dihasilkan dari scanning dengan densitometer.

    Luas area tersebut diekstrapolasikan dalam kurva kalibrasi yang didapat. Kurva

    kalibrasi dibuat dengan menggunakan persamaan regresi linear. Linearitas

    merupakan salah satu parameter untuk menilai kesahihan metode analisis

    dengan melihat nilai hubungan respon dari berbagai konsentrasi zat baku pada

    suatu kurva baku yang dilihat sebagai nilai koefisien korelasi (Murrukmihadi,

    2013). Koefisien korelasi dari ekstrak ini adalah 0,997 nilai ini sudah cukup

    menunjukkan bahwa metode sudah linier. Dari praktikum ini didapatkan kadar

    piperin dalam ekstrak cabe jawa adalah 23%. Penetapan kadar ini juga dilakukan

    untuk sediaan kapsul dengan kondisi analisis yang sama di mana dari kadar yang

    didapat akan dihitung persen recovery. Persen recovery merupakan prosentase

    perbandingan antara kadar piperin dalam kapsul dari hasil analisis KLT

    densitometri dengan kadar piperin dalam kapsul secara teoritis. Persen recovery

    yang didapat adalah 84,61%

    5.7 Formulasi Sediaan KapsulSetelah penetapan kadar, dilanjutkan dengan formulasi sediaan kapsul.

    Sebelum ekstrak diformulasi dengan berbagai bahan tambahan, ekstrak harus

    dikeringkan terlebih dahulu menggunakan suatu adsorben.Adsorben yang

    digunakan adalah Cab-o-sil.Adsorben seperti silicon dioksida (Aerosil, Syloid dan

    Cab-O-Sil) berbentuk serbuk yang sangat halus, ringan berwarna putih, tak berbau

    dengan sedikit rasa sabun.Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    43/57

    mengadsorbsi air yaitu 50% dari beratnya tanpa kehilangan daya mengalirnya.

    Terdapatnya adsorben di dalam formula bertujuan untuk :

    Melindungi bahan obat dari pengaruh lembab. Adsorben akan menarik dan

    mengikat air yang berasal dari bahan pengikat maupun yang berasal dari udara

    lembab, sehingga memperkecil kemungkinan kontak antara bahan obat dengan

    kelembaban.

    Bahan yang bersifat higroskopis memiliki kecenderungan untuk mengikat air,

    adanya absorben dapat membatasi/menghalangi kemampuan bahan tersebut

    untuk mengikat/menarik air. Kombinasi bahan obat tertentu dapat menurunkan

    titik eutektik, dimana kombinasi tersebut akan menjadi basah dan masa ini

    akan melengket pada permukaan pencetak tablet.

    Dapat mencegah pembasahan cangkang kapsul oleh solven yang terdapat di

    dalam ekstrak

    Menurut American Pharmaceutical Association and The Pharmaceutical

    Society of Great Britain, jumlah adsorben yang ditambahkan tidak boleh lebih

    dari 3% karenabersifat voluminous dan karsinogenik. Pada praktikum ini, kami

    menggunakan aerosil sebanyak 4% sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah

    aerosil yang digunakan melebihi batas yang ditentukan. Hal ini dikarenakan

    ekstrak yang digunakan kurang pekat atau masih mengandung pelarut sehingga

    membutuhkan lebih banyak aerosil untuk dapat menghasilkan serbuk kering.

    Bahan yang digunakan dalam formulasi kapsul cabe jawa diantaranya

    ekstrak cabe jawa, avicel, amilum, pvp dan mg stearat. Piperin yang diinginkan

    pada setiap kapsul yaitu sebanyak 5 mg sehingga ekstrak yang digunakan

    sebanyak 21,7 mg ekstrak untuk 50 kapsul. Avicel digunakan sebagai adsorben,

    glidant dan pengisi.Avicel dapat mengeringkan ekstrak karena avicel bersifatsebagai adsorbent.Selain itu, digunakan avicel karena avicel dapat memperbaiki

    sifat alir dari serbuk. Avicel memiliki rumus molekul C6H10O5dan rumus struktur

    sebagai berikut :

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    44/57

    Gambar 1 Rumus Struktur Avicel

    Avicel yang digunakan sebanyak 20% atau sebanyak 6 gram untuk 50

    kapsul. Pemerian dari avicel yaitu putih, tidak berbau dan berwarna dari berbagai

    bentuk partikel dan mudah mengalir atau sebagai pengikat.Avicel digunakan

    dalam formulasi farmasetik oral dan produk makanan dan relatif tidak toksik atau

    tidak mengiritasi.Avicel tidak diabsorbsi sistemik dan memiliki sedikit

    toksisitas.Konsumsi avicel dalam jumlah besar dapat menyebabkan efek laksatif.

    Amilum digunakan sebagai pengisi.Bahan pengisi dibutuhkan untuk

    mengisi matrix kosong dalam kapsul karena bahan aktif yang digunakan tidak

    dapat mengisi kapsul secara penuh maka diperlukan bahan pengisi. Amilum yang

    digunakan sebesar 75,1 % atau sebanyak 22,53 gram. Bahan pengisi yang

    digunakan adalah amilum karena selain sebagai pengisi, amilum dapat berfungsi

    sebagai glidan dan disintegran. Rumus struktur dari amilum yaitu

    Gambar 2 Rumus Struktur Amilum

    PVP atau polyvinylpirolydon merupakan bahan yang berfungsi sebagai

    pengikat. Dalam formulasi ekstrak cabe jawa digunakan cara granulasi sehingga

    untuk dapat mengikat semua bahan aktif dan bahan tambahan diperlukan bahan

    pengikat. PVP yang digunakan merupakan sebanyak 1 gram yang dilarutkan

    dalam 40 ml etanol dan yang digunakan sebanyak 7 ml atau 140 tetes.

    Mg stearat berfungsi sebagai pelincir sehingga serbuk dapat mengalir

    dengan baik. Mg stearat yang digunakan adalah 2% atau sebesar 0,52 gram. Mg

    stearat dipilih sebagai bahan pelincir karena Mg sterat bersifat inert dan umumnya

    sebagai bahan pelincir dalam pembuatan kapsul.Rumus struktur dari Mg Stearat

    yaitu :

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    45/57

    Gambar 3 Rumus Struktur Mg Stearat

    Kapsul yang digunakan adalah kapsul gelatin keras sebanyak 50

    kapsul.Kapsul gelatin yang keras merupakan jenis yang digunakan oleh ahli

    farmasi masyarakat dalam menggabungkan obat-obatan secara mendadak dan

    dilingkungan para penbuat sediaan farmasi dalam memproduksi kapsul

    umumnya.Cangkang kapsul kosong dibuat dari campuran gelatin, gula dan air,

    jernih tidak berwarna dan pada dasarnya tidak mempunyai rasa.Gelatin dihasilkan

    dari hidrolisis sebagian dari kolagen yang diperoleh oleh kulit, jaringan ikat putih

    dan tulang belakang binatang-binatang.Sehingga dipilih kapsul gelatin karena

    aman digunakan dan tidak mempunyai efek samping berbahaya bagi tubuh.

    Evaluasi yang dilakukan dalam pembuatan kapsul ekstrak cabe jawa

    adalah uji keseragaman bobot dan uji sifat alir. Tujuan dari uji keseragaman bobot

    yaitu agar diketahui bobot dari setiap kapsul seragam sehingga tiap kapsul dapat

    memiliki kandungan bahan aktif yang sama. Uji keseragaman bobot dilakukan

    dengan penimbangan 20 kapsul sekaligus dan ditimbang lagi satu persatu isi tiap

    kapsul.Kemudian timbang seluruh cangkang kosong dari 20 kapsul tersebut.Lalu

    dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan bobot isi

    tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul, tidak boleh melebihi dari yang

    ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang

    ditetapkan pada kolom B (Depkes RI, 1979). Hasil uji didapatkan bahwa

    perbedaan bobot antar kapsul sebesar 0,22% sehingga dikatakan bahwa tiap

    kapsul memiliki keseragaman bobot yang sama.

    Uji sifat alir dilakukan agar pada proses pencetakan serbuk dapat mengalir

    dengan baik sehingga didapatkan kapsul yang memiliki bobot yang sama. Sifat

    alir serbuk berpengaruh pada peningkatan reprodusibilitas pengisian ruang

    pencetakan kapsul , sehingga menyebabkan keseragaman bobot sediaan lebih

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    46/57

    baik, demikian pula efek farmakologinya. Caranya yaitu dengan meletakkan

    massa cetak dalam corong alat uji kecepatan alir yang bagian bawahnya ditutup.

    Massa cetak yang keluar dari alat tersebut dihitung kecepatan alirannya dengan

    menghitung waktu yang diperlukan oleh sejumlah serbuk untuk turun melalui

    corong alat penguji dengan menggunakan stopwatch dari mulai dibukanya tutup

    bagian bawah hingga semua massa granul mengalir keluar dari alat uji. Timbunan

    granul dapat digunakan untuk menghitung sudut istirahat.Diameter rata-rata

    timbunan granul dan tinggi puncak timbunan granul diukur.Untuk 100 g granul

    waktu alirnya tidak boleh lebih dari 10 detik.Waktu alir berpengaruh terhadap

    keseragaman bobot tablet.Dari hasil pengujian didapatkan kecepatan alir yaitu

    0,717 g/s dan sudut diam sebesar 29,36o.Berdasarkan hasil pengujian disimpulkan

    bahwa serbuk memiliki sifat alir yang buruk karena persyaratan sifat alir yang

    baik yaitu kecepatan alir sebesar 10g/s dan sudut diam

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    47/57

    BAB 6. PENUTUP

    6.1 Cabe jawa digunakan sebagai afrodisiaka karena mempunyai efek

    androgenik dan anabolik, senyawa yang dimanfaatkan sebagai afrodisiaka adalah

    piperine dan -sitosterol

    6.2 Metode yang digunakan dalam mengekstraksi senyawa aktif dari cabe

    jawa adalah maserasi, metode ini dipilih karena memperkecil kemungkinan

    terjadinya kerusakan pada senyawa termolabil yang terdapat pada sampel.

    6.3 Pelarut yang digunakan dalam mengekstraksi senyawa aktif dari cabe

    jawa adalah etanol 96%, pelarut ini dipilih karena merupakan pelarut yang

    universal, etanol tidak menyebabkan pembengkakan membrane sel, dapat

    memperbaiki stabilitas bahan obat yang terlarut dan juga efektif dalam

    menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal

    6.4 Nilai rendemen ekstrak etanol 96% buah cabe jawa (Piperis

    retrofracti fructus) yang didapat dari hasil ekstraksi maserasi adalah sebesar 23%

    6.5 Penetapan kadar piperine menggunakan metode KLT Densitometer

    dan didapat hasil :

    Nilai Rf dari larutan uji : 0,56; 0,56; 0,57; 0,57

    Nilai korelasi dari ekstrak cabe jawa : 0,997

    Nilai kadar piperin dalam ekstrak cabe jawa :23%

    Nilai persen recovery yang didapat : 84,61%

    6.6 Formula yang dirancang untuk membuat kapsul ekstrak cabe jawa

    adalah absorben yang digunakan sebagai penggering ekstrak, avicel sebagai

    adsorben, glidant dan pengisi, amilum sebagai pengisi, pvp sebagai pengikat dan

    mg stearat sebagai pelincir.6.7 Evaluasi sediaan yang dilakukan meliputi uji keseragaman bobot yang

    menunujukkan bahwa tiap kapsul memiliki keseragaman bobot yang sama(0.22%)

    dan uji sifat alir yang menunjukkan bahwa serbuk memiliki sifat alir yang buruk

    karena persyaratan sifat alir yang baik yaitu kecepatan alir sebesar 10g/s dan sudut

    diam

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    48/57

    DAFTAR PUSTAKA

    Agus Ruhnayat, Rosita Sri Muljati dan Wawan Haryudin. 2011. Respon Tanaman

    Cabe Jawa Produktif Terhadap Pemupukan Di Sumenep Madura. Bul.

    Littro. Vol. 22 No. 2, 2011, 136146

    Aliadi, A., B. Sudibyo, D. Hargono, Farouq, Sidik, Sutaryadi dan S. Pramono.

    1996. Tanaman Obat Pilihan. Yayasan Sidowayah, Jakarta. hlm.42-45.

    Amin Zuchri. 2008. Habitus Dan Pencirian Tanaman Cabe Jamu (Piper

    Retrofractum Vahl.)

    Anonim, 1979.Farmakope Indonesia Edisi 3. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

    Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi IV, 255. PenerbitUniversitas Indonesia: Jakarta.

    Anwar, N.S. 2001. Manfaat obat tradisional sebagai afrodisiak serta dampak

    positifnya untuk menjaga stamina. Makalah pada Seminar Setengah Hari

    Menguak Manfaat Herbal bagi Vitalitas Seksual, Jakarta, 13 Oktober

    2001. 8 hlm.

    Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi 4. Jakarta : Departemen Kesehatan

    RI.

    Depkes (Departemen Kesehatan) RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia Ed I.Depkes RI : Jakarta.

    Didik Gunawan. 2002. Tanaman obat yang digunakan. Dalam: Ramuan

    tradisional untuk keharmonisan suami istri. Cetakan 3. Jakarta: Penebar

    Swadaya. h.42-45.

    Hargono, D. 1992. Beberapa informasi tentang Retrofracti fructus. Warta TOI

    Vol. 1 : 4-7.

    Irdania Putri Aulia. 2009. Efek Minyak Atsiri Cabe Jawa (Piper retrofractum,

    Vahl) terhadap Jumlah Limfosit pada Tikus Wistar yang Diberi DietKuning Telur. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

    Juckett, G. 2004.Herbal Medicine in Modern Pharmacology with Clinical

    Application(Craig,CR & Stitzel, RE : Editors). 6th edition. Philadelphia :

    Lippincott Williams & Wilkins. Halaman: 785.

    Moeloek, Nukman, Silvia W. Lestari, Yurnadi, Bambang Wahjoedi. Uji Klinik

    Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl) Sebagai Fitofarmaka

    Androgenik Pada Laki-Laki Hipogonad. Maj Kedokt Indon. Volume 60.

    Nomor 6. Juni 2010

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    49/57

    Nukman Moeloek, Silvia W. Lestari,Yurnadi, dan Bambang Wahjoedi. 2010. Uji

    Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper RetrofractumVahl) sebagai Fitofarmaka

    Androgenik pada Laki-laki Hipogonad. Maj Kedokt Indon, Volum: 60,

    Nomor: 6, Juni 2010

    Pallavi KJ, Ramandeep S, Sarabjeet S, Karam S, Mamta F, Vinod S (2011).

    Aphrodisiac agents from Medicinal Plants : A Review, J. Chem.

    Pharm.Res.,3(2):911-921

    Rostiana, O., W. Haryudin., B. Martono, dan S. Aisyah. 1994. Karakterisasi dan

    evaluasi plasma nutfah cabe jawa. Laporan Teknis Penelitian Tanaman

    Obat. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat:90102.

    Spesifik Madura.Agrovigor Volume 1 No. 1 September 2008 Issn 1979 5777

    Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan olehSoendani N. S. Yogyakarta : UGM Press.

    Wawan Haryudin dan Otih Rostiana. 2009.Karakteristik Morfologi Tanaman

    Cabe Jawa (Piper Retrofractum. Vahl) Di Beberapa Sentra Produksi. Bul.

    Littro. Vol. 20 No. 1, 2009, 110

    Yuliani, S, Desmawarni dan N. Harimurti. 2007. Pengaruh laju alir umpan dan

    suhu inlet spray drying pada karakteristik mikrokapsul oleoresin jahe. J.

    Pascapanen4: 18-26

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    50/57

    LAMPIRAN

    KEMASAN

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    51/57

    ETIKET

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    52/57

    HASIL DENSITOMETRI

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    53/57

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    54/57

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    55/57

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    56/57

  • 7/26/2019 Kap Sul Lllll

    57/57